🌌 Komunitas Sastra Di Jakarta

PemetaanKomunitas Sastra di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi bekerja sama dengan Litbang Harian Kompas, 1998. Pembacaan dan musikalisasi puisi bertajuk "Dunia Sastra Buruh" di Bentara Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1 Desember 1999. KomunitasSastra dan Dunia Baru. By Ahmad Farid. Sabtu, 23 Desember 2017. Seorang petugas mengamati foto penyair WS Rendra yang menjadi koleksi Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Jakarta, Jumat (2/9). Pusat dokumentasi sastra HB Jassin yang memiliki koleksi sekitar 300 ribu koleksi sastra yang terdiri dari buku fiksi dan non fiksi, naskah Bisniscom, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Area Perpustakaan Gedung Panjang Kawasan Taman Ismail Marzuki Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis (7/6/2022).. Anies berharap perpustakaan tersebut tidak sekadar menjadi tempat disimpannya buku-buku, tetapi juga untuk menjadi wadah untuk membangun komunitas. Untuktempat nongkrong komunitas seni all in one di Jakarta, anda bisa berkunjung ke Komunitas Salihara Art Centre. Lokasi yang telah berdiri selama 10 tahun ini seringkali menjadi lokasi pertunjukan seni teater, tari, konser musik, pemutaran film, hingga pembacaan sastra. JAKARTA- Komunitas merupakan salah satu basis penting pertumbuhan sastra Indonesia. Saat ini setidaknya ada 26 komunitas sastra di DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Sekitar 60 persennya masih cukup aktif mengadakan berbagai kegiatan untuk memberdayakan "anggota"-nya. Selebihnya, kadang ASmenyatakan virus cacar monyet sebagai keadaan darurat. Saturday, 8 Muharram 1444 / 06 August 2022 Komunitassastra tentu tidak hanya ada di Jakarta dan kota-kota besar saja, tapi juga di daerah-daerah. Bagus sekali Kongres KSI ini bisa diadakan di Kudus, tidak di Jakarta atau kota besar lainnya. Jika ada istilah 'komunitas sastra', saya ingin menambahkan istilah 'sastra komunitas'. Memilikipohon dan tanaman hijau di halaman masjid adalah bagian dari budaya Islam REPUBLIKA.CO.ID,ALBERTA -- Sebuah komunitas peduli lingkungan di Alberta, Kanada memulai misi mereka untuk menanam seribu pohon di lingkungan masjid. Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext 308. Phone: 021 780 3747 Fax: 021 799 7903 ClickDownload or Read Online button to get Pemetaan Komunitas Sastra Di Jakarta Bogor Tangerang Dan Bekasi book now. This site is like a library, Use search box in the widget to get ebook that you want. If the content Pemetaan Komunitas Sastra Di Jakarta Bogor Tangerang Dan Bekasi not Found or Blank , you must refresh this page manually. lv4eFix. Skip to content Tentang DKJPengurus HarianKomiteKontak OPEN CALL JAKARTA INTERNATIONAL LITERARY FESTIVAL 2022 JAKARTA INTERNATIONAL LITERARY FESTIVAL JILF 2022 KOMITE SASTRA – DEWAN KESENIAN JAKARTA Our City in Their World Citizenship, Urbanism, Globalism Kota Kami di Dunia Mereka Kewargaan, Urbanisme, Globalisme Pengantar Istilah kota dalam bahasa Indonesia selalu dibayang-bayangi kegandaan makna yang bisa merepotkan. Kota menjadi padanan bahasa Indonesia baik bagi kata city maupun town dalam bahasa Inggris, yang masing-masingnya memiliki cakupan makna berbeda. Kota dalam artian city adalah kota yang dengan ambisius hendak mengantar dirinya menjadi bagian dari dunia yang global, dan acapkali angan-angan ini hendak diwujudkan, bila perlu, dengan meninggalkan segala kelokalannya agar menjadi serupa dan seragam dengan kota-kota dunia lainnya. Sementara itu, kota dalam artian town adalah sebuah komunitas yang masih dipersatukan oleh kontiguitas kedekatan dan dihidupi oleh tradisi berkomunitas sehingga tidak pernah menjadi kota yang terkotak-kotak secara sosial, ekonomi, dan kultural seperti halnya city. Di dalam proses transformasi sebuah kota yang hendak mengglobal, ancaman paling serius bukanlah berasal dari ekspansi teritori kota ke kawasan-kawasan di pinggirannya, atau dari menjamurnya pembangunan infrastruktur megah dan baru, dan bukan pula dari arus mobilitas manusia dari tempat-tempat lain ke kota tersebut. Krisis terbesar yang bisa ditimbulkan oleh globalisasi kota-kota adalah hilangnya hak-hak kewargaan yang semula dimiliki secara melekat oleh mereka yang berdiam di tempat yang tengah dilanda perubahan itu. Jika hal itu dibiarkan terjadi, pergerakan kota-kota menjadi milik dunia’ dengan kultur urbanismenya yang homogen dan elitis akan menghasilkan kolonisasi kota-kota oleh segelintir orang dengan akses besar ke kekuasaan dan kapital. Kota menjadi wilayah pendudukan di mana warga kota justru menjadi kaum yang tertindas terusir, terabaikan, terlupakan. Kalaupun mereka diizinkan bertahan hidup di kota, itu karena mereka masih berfungsi sebagai komponen penunjang kehidupan kota yang bukan lagi milik mereka sebagai penjaja makanan di pinggir jalan, penyapu jalanan, pengepul sampah, penjaga parkir dan keamanan, ataupun pramusaji rumah-rumah makan. Kehadiran mereka tak dikehendaki, tetapi mereka dibutuhkan agar nadi kota tetap berdenyut, sejauh mereka tidak muncul secara mencolok dan mengganggu keindahan, kenyamanan, dan keteraturan kota. Mereka ada demi agar para urbanis dan kultur urbanismenya yang mahal tapi banal dapat terus berlangsung. Dunia baru yang asing itu kini mengeksploitasi mereka, sementara dulu tempat itu adalah sumber kehidupan mereka. Adakah sastra menangkap dan bergulat dengan krisis eksistensial kewargaan ini, di samping mencurahkan kegelisahannya atas berbagai perubahan fisik dan sosial yang terjadi pada kota ketika bertransformasi menjadi bagian dari dunia global? Bagaimana berbagai komunitas sastra dan gerakan sastra, khususnya yang secara langsung berhadapan dengan ancaman terhadap kewargaan ini, merespon proses-proses urbanisme dan globalisme yang menggerus kehidupan di kota-kota? Masihkah ada harapan, optimisme, serta gagasan-gagasan kritis dan inovatif yang tumbuh dari pergumulan nyata dengan transformasi kota dan mampu membuka jalan untuk merebut kembali kewargaan yang terampas? Adakah cara untuk mendamaikan hasrat untuk mempertahankan kota sebagai rumah kita di satu sisi dan kota sebagai milik dunia di sisi lain? Tujuan Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggunakan ajang Jakarta International Literary Festival JILF pada 2022 ini berkehendak untuk mencari dan mendengar suara-suara para penyintas transformasi kota di tengah belantara perubahan. Akan tetapi, tak kalah penting adalah menjadikan JILF 2022 sebagai sarana penggalangan solidaritas di antara para pegiat, pengabdi, dan pemerhati sastra di dalam latar dan konteks urban untuk bersama-sama menghadapi berbagai persoalan menyangkut krisis kewargaan kota ini melalui alternatif – alternatif yang segar sekaligus kritis agar celah-celah terobosan dapat mulai digali. Untuk itu, Panitia JILF 2022 mengundang komunitas-komunitas pegiat, pelaku, dan pemikir sastra yang memiliki perhatian serta keterlibatan khusus dengan isu-isu kewargaan dan perkotaan untuk menciptakan dan menyumbangkan pemikiran kreatif, rancangan konseptual, atau model pengembangan alternatif dalam bentuk proposal eksibisi, workshop, panel atau karya kreatif untuk mengirimkan proposal dengan cakupan area sebagai berikut Transformasi kota yang mengintegrasikan kewargaan, lingkungan, dan infrastruktur sebagai satu kesatuan pemikiran untuk pengembangan kehidupan kota ke depan; Pemeliharaan konservasi, penggalian “lumbung-lumbung budaya” yang laten atau potensial untuk membangun ketangguhan warga dalam menghadapi perubahan, sustainability kota yang ramah pada kehidupan; Isu-isu urban dan global seperti urbanisasi, gentrifikasi, neoliberalisasi kota, alih fungsi lahan, ketercerabutan warga displacement, teknologisasi kota, mobilitas lintasbatas, kemiskinan kota, ketidaksetaraan sosial dan ketimpangan ekonomi, materialisme; Imajinasi kota, warga, dan dunia dari wilayah periferi dan perspektif yang berjarak dari kawasan perkotaan sebagai sumbangan peluang dan kemungkinan baru bagi pengembangan kota-kota global yang berbasis kewargaan; Isu, pendekatan, proyek, eksplorasi, dan bentuk aktivitas lain yang berkaitan langsung dengan persoalan kewargaan, urbanisme, dan globalisme. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan yang diusulkan dapat berupa penciptaan dan resitasi karya, pameran karya, workshop/bengkel kreatif, panel pemikiran kolaboratif, dan bentuk-bentuk kreatif lain yang relevan dan tepat sasaran. Penggagas diberi slot waktu khusus untuk memperkenalkan dan menyampaikan hasil karyanya sepanjang maksimum 3 tiga jam, dengan semangat partisipatoris atau interaktif. Format Usulan Proposal yang diajukan hendaknya berisi unsur-unsur sebagai berikut Isu atau problem konkrit yang melatarbelakangi dibuatnya usulan, Paparan bentuk kegiatan yang diajukan untuk menjawab isu atau problem dapat melibatkan sarana multimedia dan teknologi informasi dan digital, Personil yang terlibat nama komunitas, koordinator, jumlah personil, resume, dll., Linimasa kegiatan dari preproposal hingga pascafestival, jika ada, Anggaran yang dapat diajukan adalah maksimal – lima puluh juta rupiah, Uraian tentang cara atau pengukuran dampak dari kegiatan apabila ada tindak lanjut untuk implementasi dalam komunitas atau masyarakat, Lokasi tempat kegiatan berpusat atau dilaksanakan, dan Mengisi tautan pendaftaran Open Call JILF di dan mengunggah dokumen penunjang. Persyaratan Peserta Peserta yang dapat mengajukan proposal adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut Warga Negara Indonesia yang berdomisili di dalam atau di luar wilayah negara Republik Indonesia, Menjadi bagian dari suatu komunitas sastra/seni/budaya sebagai pendiri/pengurus/anggota, Memiliki rekam jejak kepedulian dan keterlibatan dalam hal-ihwal yang bersangkutan dengan isu-isu sastra, seni, budaya dan/atau perkotaan dan/atau globalisasi, Pengusul dapat berkolaborasi baik dengan mitra domestik maupun dengan mitra asing atau internasional yang tidak berpusat di Indonesia, Ketersediaan dana pendamping dari mitra adalah sebuah nilai tambah bagi proposal, Bersedia menerima masukan untuk revisi proposal dari Panitia apabila proposal diterima, dan Bersedia tampil sebagai pengisi program dalam pelaksanaan JILF 2022 pada 22 – 26 Oktober 2022 di Jakarta. Periode Pengajuan Batas waktu pengajuan proposal lengkap adalah 15 Juli 2022 tengah malam. Proposal dikirimkan secara elektronik melalui Google Form pada tautan bersama dengan data lainnya. About the Author DKJ Dewan Kesenian Jakarta DKJ adalah lembaga otonom yang dibentuk oleh masyarakat seniman dan untuk pertama kali dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 7 Juni 1968. DKJ bertugas sebagai mitra kerja gubernur untuk merumuskan kebijakan serta merencanakan berbagai program guna mendukung kegiatan dan pengembangan kehidupan kesenian di wilayah Jakarta. Related Posts JAKARTA Waspada Karya sastra di tengah komunitas, ternyata mampu berkontribusi menciptakan kesejahteraan bagi komunitas sastra maupun anggota secara personal. Artinya, secara perekonomian nasional, karya sastra mampu menyumbang, paling tidak, penciptaan lapangan kerja di bidang seni dan sastra melalui industri kreatif. Hal itu menjadi salah satu bahan pengamatan menarik yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, di tahun ini. Penelitian dilakukan di Kota Surakarta dan Kabupaten Semarang dengan fokus pada keberadaan komunitas sastra Indonesia dalam rangka mempertahankan kelangsungannya dengan mengarahkan perubahan ke bidang industri kreatif. Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Ganjar, Senin 25/10 mengatakan, penelitian ini mempunyai tujuan mengungkap keberadaan komunitas sastra di Jawa Tengah yang mengarahkan kerja sastra ke industri kreatif sebagai alternatif penciptaan nilai ekonomi karya sastra sehingga mampu menghidupi komunitas bahkan personalnya. Di samping itu, strategi apa yang digunakan komunitas sastra dalam industri kreatif dapat diketahui. “Selain mengungkap pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, dapat juga terungkap persoalan-persoalan yang lainnya, seperti model pendampingan dan sebagainya,” imbuh Ganjar. Kegiatan ini berupa penelitian lapangan. Data yang diambil merupakan komunitas sastra dan industri kreatif yang terdapat dua daerah di Kabupatem Semarang dan Kota Surakarta. Tim peneliti mendatangi komunitas-komunitas sastra yang berada di Kota Surakarta yang mengarah ke industri kreatif dan berpotensi ke arah industri kreatif. Tim melakukan wawancara mendalam terhadap komunitas sastra untuk mengetahui arah industri kreatifnya. Dalam wawancara, tim dengan komunitas sastra, tim juga mengamati lingkungan sekitar komuitas sastra berada. Maksud dari mengamati lingkungan ini, tim berharap mendapat juga gambaran nyata komunitas sastra dalam mempertahankan eksistensi komunitas. Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki komunitas, kekurangan sarana dan prasarana apa selama ini, strategi apa yang digunakan, industri kreatif apa yang dikembangkan, dan sebagainya dapat terekam sepenuhnya sehingga dapat membuka jalan untuk mengetahui strategi apa yang digunakan komunitas dalam menutup kekurangan tersebut. Di samping wawancara dengan komunitas sastra, ada juga opini kepada sastrawan dan instansi terkait untuk mengetahui pandangan tentang komunitas dan industri kreatif. Hasil wawancara dengan pihak lain ini kemudian dikolaborasikan dengan strategi komunitas dalam industri kreatifnya. Pandangan sastrawan dan instansi terkait umumnya, positif, dalam artian komunitas mampu mempertahankan karya mereka dengan masuk ke dalam industri kreatif tanpa kehilangan jati dirinya. “Dan juga, mereka memandang mampu memberi nilai ekonomi pada karya sastra mereka,” imbuh Ganjar. Ada beberapa komunitas di Surakarta dan Kabupaten Semarang yang melakukan terobosan dengan industri kreatif yang mereka tawarkan kepada masayarakat. Dalam penelitian ini, industri kreatif yang dikembangkan komunitas sastra, antara lain bidang penerbitan, seni pertunjukan, dan film. Bidang penerbitan melakukan pengembangan konten dengan mewujudkan dalam bentuk buku, jurnal, majalah, dan sebagainya, seperti yang dilakukan oleh komunitas Pawon di Surakarta. Bidang seni pertunjukkan dengan mengembangkan konten temabng macapat diangkat dalam dunia pertunjukkan, hal ini patut diberi apresiasi mengingat tidak mudah mengangkat nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam tembang macapat kemudian dipertunjukkan kepada masyarakat. Dari hanya tembang-tembang Jawa menjadi sebuah pertunjukan drama, dan dipanggungkan ke pelosok desa-desa dengan tata dekorasi teater walau masih tampak sederhana, seperti yang dilakukan Teater Hening Kabupaten Semarang. Bidang film melakukan pengembangan konten dengan mengangkat cerita-cerita rakyat daerah dan melakukan pemutaran film di desa-desa pelosok. Selain menghibur, konten yang diangkat juga memberi edukasi kepada masyarakat. Hal ini dilakukan oleh komunitas sastra kembanggulo. Dari beberapa bidang industri kreatif, ditemukan pola-pola strategi yang dipengaruhi oleh kemajuan kota terkait teknologi, di Surakarta menggunakan teknologi modern yang menghasilkan industri kreatif yang berciri modern penerbitan dan percetakan dan film, di Kabupaten Semarang menggunakan pola tradisional dengan kekuatan tokoh dalam pertunjukkan. Penelusuran komunitas-komunitas sastra yang tim lakukan di masa pandemi Covid-19 menjadi kendala dan tantangan tersendiri yang tim hadapi. Dengan segala keterbatasan waktu dan dana, tim menuju daerah yang notabene daerah pandemi. Tim hanya mampu mengunjungi komunitas sastra yang sudah dikenal saja untuk menjaga kesehatan covid-19 dan keefisienan waktu. Komunitas-komunitas sastra yang lain belum sempat tim kunjungi akibat covid-19. “Penelitian ini idealnya berkelanjutan, apalagi tahun ini bidang kesehatan tidak memungkinkan, tahun depan masih dibutuhkan penelitian lagi. Karena, memang sangat penting bagi pengembanagn komunitas sastra sendiri dan pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap ekonomi kreatif di bidang sastra,” tandas Ganjar. J02 Seorang anak bersama orang tuadnya membaca buku di perpustakaan mini Taman Suropat, Jakarta, Minggu 21/11. Foto Iqbal Firdaus/kumparanOrganisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization/UNESCO menetapkan Jakarta sebagai City of Literature atau Kota Sastra Dunia yang diumumkan lewat laman resmi pada 8 November 2021. Kota Sastra Dunia lainnya adalah Gothenburg Swedia dan Vilnius Lithuania.UNESCO memilih Jakarta sebagai kota sastra dunia berdasarkan kategori DKI memiliki sejarah panjang dan potensi besar untuk peningkatan serta pengembangan sastra dan literasi. Sejarah literasi Jakarta terekam sejak masa kerajaan, kolonial, awal-awal kemerdekaan Indonesia, hingga era digital saat ini. Koran, penerbit buku, Balai Pustaka, dan Ikatan Penerbit Indonesia Ikapi pertama kali berdiri di menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang masuk sebagai salah satu dari 49 kota lain di dunia, yang tergabung dalam jaringan kota kreatif dunia UNESCO's Creative City Network tahun 2021. Adapun, 7 kategori kota kreatif versi UNESCO’s Creative Cities Networking UCCN adalah kerajinan dan kesenian rakyat, kesenian media, musik, film, desain, gastronomi, dan sastra. Hingga kini, total sudah ada 295 kota dari 90 negara ikut berinvestasi dalam budaya dan kreativitas untuk memajukan pembangunan perkotaan DKI Jakarta, Anies Baswedan menunjukkan buku kepada anak-anak. Foto Instagram/aniesbaswedanGubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap agar terpilihnya Jakarta sebagai Kota Sastra Dunia ini dapat berlanjut untuk dikembangkan di masa mendatang. Hal ini menunjukkan sejarah Jakarta yang kuat perlu terus dijaga dan dikembangkan pada masa depan."Kami merasa sangat bangga atas pemilihan UNESCO ini. Sebagai sebuah kota, Jakarta ini harus dibangun secara berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur yang kami lakukan selama ini penting untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang maju. Tetapi, kami juga meningkatkan kualitas manusianya. Inilah yang akan mendorong proses pembangunan berkelanjutan,” ujar Provinsi DKI Jakarta berupaya secara optimal dalam pembangunan, baik infrastruktur maupun kualitas sumber daya manusia SDM. Hasilnya bisa terlihat dalam Indeks Pembangunan Manusia IPM Provinsi DKI Jakarta pada 2021 yang mencapai 81,11. IPM DKI berada di atas rerata nasional 72,29 dan menjadi yang tertinggi dari seluruh provinsi di Tanah Air. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan Jakarta membaca buku. Foto Instagram/aniesbaswedanSastrawan Berkelas DuniaKota Jakarta juga dikenal sebagai pencetak sastrawan berkualitas dan berkelas dunia. Sebut saja Chairil Anwar dan Pramoedya Ananta Toer yang sudah mendapatkan belasan penghargaan beranjak, geliat dunia sastra di Tanah Air masih terlihat sampai dengan saat ini, meskipun sudah sekitar 2 tahun terhambat karena pandemi COVID-19. Komunitas-komunitas sastra masih menjadi penopang terus bertahannya potensi dunia sastra di Indonesia.“Pertumbuhan dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan literasi di seluruh Indonesia secara umum masih sehat,” kata budayawan Betawi Yahya Andi mengatakan, kegiatan sastra di Jakarta masih digerakkan oleh kelompok-kelompok masyarakat seperti Komunitas Sastra Indonesia KSI, Dapur Sastra Jakarta, Yayasan Puisi Indonesia YPI, dan orang anak membaca buku di perpustakaan mini Taman Suropat, Jakarta, Minggu 21/11. Foto Iqbal Firdaus/kumparanBeri Ruang BerekspresiSelama ini, Pemprov DKI berkomitmen memberikan ruang kepada semua pihak untuk melakukan kegiatan kesusastraan di pusat-pusat pelatihan seni dan budaya yang telah Kepala Dinas Kebudayaan DKI Iwan Hendry Wardhana, dinobatkannya Jakarta sebagai Kota Sastra Dunia oleh UNESCO tidak terlepas dari tersedianya ruang dan waktu bagi pekerja seni dan budaya di Jakarta untuk berekspresi."Gubernur DKI Bapak Anies Baswedan sudah lama memberikan ruang dan waktu kepada pekerja seni budaya Jakarta, khususnya terkait dengan kebebasan berekspresi dan berekosistem di DKI," ungkap Iwan, Kamis 25/11.Iwan menambahkan, pusat pelatihan seni dan budaya sudah tersebar di kota administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Masing-masing kota administrasi memiliki 1 pusat pelatihan."Kami membuat aktivitas yang didukung dengan berbagai sumber daya yang ada di Dinas Kebudayaan. Kami cukup yakin bahwa Jakarta akan terus menjadi ekosistem bagi seni budaya," tegas proses revitalisasi Taman Ismail Marzuki TIM yang hampir selesai digadang-gadang bakal menjadi salah satu fasilitas utama yang mendukung ekosistem tersebut dan menjadi penarik perhatian dunia.

komunitas sastra di jakarta